KUPANG. Spektrum-ntt.com || Uni Hutan (Dioscorea hispida Dennst) adalah Umbi-umbian yang banyak tumbuh DI Indonesia
secara ilmiah, Ubi Hutan ini di klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi Ilmiah Ubi Hutan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Dioscoreales
Famili : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : D. hispida (Anonim, 2011)
di Indonesia, Ubi Hutan (Dioscorea hispida Dennst.) dalam beberapa daerah disebut Ubi Gadung; Muna: Kolope; Wolio (Buton): Ondo; Sumba Timur: Iwi, dam masih ada bahasa lain yang menyebut ubi yang satu ini.
murfologi ubi hutan ini, berbatang merambat dan memanjat, panjangnya mencapai 5–20 m. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas). Ciri khas ini penting untuk membedakannya dari gembili (D. aculeata) yang memiliki penampilan mirip namun batangnya berputar ke kanan. Batangnya kurus ramping, setebal 0,5–1 cm, ditumbuhi duri atau tidak, hijau keabu-abuan. Daun-daunnya terletak berseling, dengan tiga anak daun menjari, bentuk bundar telur atau bundar telur sungsang, tipis seperti kertas. Bunga jantan terkumpul dalam tandan di ketiak daun, bunga betina majemuk berbentuk bulir (Anonim, 2011).
Sedangkan umbinya memiliki Morfologi berbentuk bulat panjang dengan sisi yang hampir sejajar atau melebar terhadap puncak, luasnya semakin menyempit di sekeliling alas. Umbi yang sudah masak berwarna coklat atau kuning kecoklatan, berbulu halus dengan panjang 5-6 cm. Tebal satu gerombol umbi berkisar 7-15 cm dan diameter 15-25 cm, dengan serabut umbi yang sangat tajam (Fajriyati, 2012).
Penduduk benua Asia memanfaatkan umbi mentahnya yang mengandung alkaloid sebagai bahan untuk racun binatang dan juga sebagai obat luka di. Bahan sisa pengolahan tepungnya dapat digunakan sebagai insektisida. Bunganya yang berwarna kuning sangat harum digunakan untuk mewangikan pakaian dan dapat pula dipakai sebagai hiasan rambut (Deptan, 2012).
Selain beracun,Ubi Hutan mengandung karbohidrat, lemak, serat kasar, dan abu lebih rendah dibandingkan dengan ketela pohon. Kandungan air dan protein ubi hutan lebih tinggi dibandingkan ketela pohon. Ubi hutan mengandung fosfor sebanyak 0,09%, kalsium (CaO) 0,07?n besi 0,003%.
Umbi gadung mengandung alkaloid dioscorin (C13H19O2N) yang bersifat racun dan dioscorin yang tidak beracun.
Alkaloid juga dijumpai pada dioscorea lainnya. Disamping itu umbi gadung juga mengandung sejumlah saponin yang sebagian besar berupa dioscin yang bersifat racun. Efek keracunan gadung mula-mula terasa tidak enak dikerongkongan, pening, kemudian muntah darah, terasa tercekik dan kepayahan (Deptan, 2012).
Menurut Nurbaya, peneliti gizi dari Politekes Mamuju, Sulawesi Barat, dibanding beras atau singkong, nilai gizi ubi hutan sebenarnya lebih rendah tetapi kandungan serat dan kalsium tinggi. Total energi sikapa 100 Kal, karbohidrat 23,5 gr, protein 0.9 gr dan lemak 0,3.
“Kandungan energi memang sedikit, lebih rendah dibandingkan singkong. Namun kandungan serat jauh lebih tinggi 2,1 gr, dibandingkan singkong hanya 0,9 dan beras 0,2. Kandungan serat tinggi inilah yang memperlambat penyerapan gula dalam darah. Sangat baik untuk penderita diabetes mellitus.”
Sikapa juga mengandung kalsium sangat tinggi yaitu 79 mg. Kalsium ini untuk kesehatan tulang dan gigi terutama pada masa pertumbuhan.
Walaupun beracun ubi gadung juga bisa digunakan sebagai obat-obatan seperti obat kusta, penurun panas, mengurangi nyeri dan kencing manis inilah beberapa manfaat ubi gadung (Putra, 2011) (**
http://aishasyarni.blogspot.com/2012/05/ubi-hutan-dioscorea-hispida-dennst.html?m=1
(**Beberapa referensi Tambahan.
Gambar. Femina. co. id
Editor EppyM