Kupang.Spektrum-Ntt.com|| SMKN 6 Kupang gelar sosialisasi pembelajaran kurikulum merdeka dan in house training (IHT) yang berlangsung selama lima hari, dengan program tersebut dapat membentuk karakter dan mental siswa-siswi lewat projek profil pancasila dalam persiapan para siswa ketika terjun ke dunia industri.
Kepala Sekolah (Kepsek) SMKN 6 Kota Kupang, Asa M. Lathang, S. Pd . MPd ketika dijumpai media ini di ruang kerjanya, Selasa (02/08/22) menyampaikan bahwa pada kurikulum merdeka belajar ini yang lebih diprioritaskan merupakan kebutuhan siswa-siswi dan dunia usaha.
Demi mendukung apa yang menjadi kebutuhan dunia usaha maka SMKN 6 Kupang melakukan pertemuan antara siswa-siswi dan dunia usaha.
"Kami telah mengundang beberapa dunia usaha datang ke sekolah untuk melakukan penyelarasan kurikulum, hal itu karena apa yang telah diajarkan kepada siswa ketika tamat bisa melakukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia usaha," jelas Asa Lathang.
Ia menekankan soal kedisiplinan waktu dan faktor kebiasaan perlu menjadi bekal setiap siswa untuk membentuk karakter dan kepribadian anak dan juga para guru untuk bisa berinovasi. Dirinya berharap agar dengan adanya IHT dapat membantu siswa-siswi dan para guru untuk memahami cara penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
"Dengan melaksanakan IHT dapat membuat kami bisa belajar untuk bagaimana penerapan projek pengembangan pelajar profil pancasila, serta memyusun kurikulum operasional sekolah yang berkaitan dengan merdeka belajar," ungkap Asa Lathang.
Kepala Sekolah SMKN 6 itu menekankan bahwa, dengan adanya in house training dapat merubah cara berfikir siswa dan guru dengan kurikulum merdeka belajar, hal itu dikarenakan P5 merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung sesuai dengan karakteristik lingkungan sekitar agar anak memiliki kompetensi global dan berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Adanya merdeka belajar maka siswa tidak kita jadikan seperti robot oleh karena itu kita melihat kemampuan dari anak per anak. Tidak seperti yang terjadi pada dulu semua siswa disamaratakan, tetapi dengan merdeka belajar kita membiarkan siswa bisa kembangkan bakat dan potensi yang dimiliki," tutup Asa Lathang.
Penulis : Nixon Tae