Waibakul. Spektrum-ntt.com || Ritual adat Purung Taliang Marapu (turun ke Goa Marapu) tidak ditemukan dalam catatan-catatan maupun peninggalan-peninggalan prasasti pada masyarakat penganut kepercayaan Marapu di Kampung Deri Kambajawa, Desa Umbu Pabal, Kecamatan Umbu Ratu nggay Barat, Sumba Tengah.
Namun berdasarkan wawancara yang dilaksanakan di lapangan dengan tokoh-tokoh Marapu diperoleh data atau informasi bahwa ada 5 (lima) suku/kabisu yang mendukung ritual ini, yaitu :
1. Kabisu Deri/Ina Ama
2. Kabisu mbuah larong
3. Kabisu Rara nyiaka
4. Kabisu Tokang; dan
5. Kabisu Lodu (Lagu)
Tugas seorang Ina Ama dari Kabisu Deri adalah memberikan bahan-bahan persembahan untuk Dewa-Dewa di Goa Taliang Marapu.
Orang yang pergi ke Goa tersebut haruslah suci lahir batin, sedangkan bagi orang yang berbuat kesalahan atau dosa harus membawa ayam atau hewan yang belum kawin untuk dipakai sebagai sarana mohon ampunan dari dosa yang diperbuat.
Mereka semuanya kumpul pertama di rumah adat (Uma Walunogul, Walu kabaringu walu Lelu).
Selanjutnya Kabisu Mboa larung (buka jalan) sebagai pembuka jalan. Tonguli itu sebagai pembawa acara dalam pembukaan upacara Purung Taliang Marapu.
Penuango Purung bertugas mengumpulkan masyarakat untuk ikut upacara. Tokang bertugas mengatur dan mengkoordinir kegiatan upacara tersebut.
Upacara ini dilaksanakan tanggal 22 September 2022 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2022 dan rutin dilaksanakan tiap tahun.
Sarana upacaranya adalah : ayam 2 (dua) ekor dipotong dan dimasak / direbus, sirih pinang, serta makanan / minuman. Upacara Purung Taliang Marapu juga diiringi dengan kesenian berupa tarian Reja dan Rengo yang dipentaskan mulai tanggal 22 September sampai, 8 Oktober untuk tahun 2022 ini.
Tari Rengo adalah tarian yang dimainkan oleh 4 (empat) orang perempuan, sedangkan tari Reja adalah tarian yang terdiri dari banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan.
Upacara Purung Taliang Marapu dipimpin oleh Rato (Kepala Suku) dibantu anggotanya. Untuk acara di tahun 202 ini, tanggal 8 Oktober 2022 mereka turun ke Liang Marapu (Goa Marapu), di dalam goa tersebut ada sebuah batu yang bernama Batu Kilat.
Selanjutnya dihaturkan persembahan di batu di dalam goa tersebut dengan ucapan sebagai berikut : ?Ya Tuhan, terimalah persembahan kami ini, berikanlah kami bimbingan, berkat serta karuniaMu.? Air dan Batu Kilat kemudian disiram / dimandikan dengan air bersih / air suci.
Sirih pinang juga dibuang di sana. Kalau sirih pinang tenggelam, itu artinya baik / diterima / boleh datang lagi, sebaliknya bila sirih pinang terapung maka itu artinya tidak diterima dan tidak boleh datang lagi ke sana karena masih ada dosa bagi orang yang berbuat dosa/kesalahan dan harus membersihkan diri lagi.
Maksud dan tujuan upacara Purung Taliang Marapu adalah untuk mengetahui kemakmuran hasil panen mereka apakah akan berhasil ataukah akan gagal. Upacara tersebut harus tetap dilaksanakan dari tahun ke tahun. Umbu Pabal adalah Beliau yang membawa keberuntungan / Batu Kilat (Marapu).
Persembahan itu sebagai perantara supaya permohonannya diberkati, untuk mohon berkat / anugrah. Mereka berkemah / bermalam sampai dengan besok paginya di dekat Goa Marapu. Siangnya baru mereka pulang.
Pada hari terakhir ada acara pembersihan diri. Pakaian mereka serta kain-kain dicuci bersih untuk dipakai lagi tahun depannya.
(**/red.