Malaka.Spektrum-ntt.com || Orang Muda Katholik (OMK) yang berada di Stasi Eokpuran, Wilayah Paroki SMF Nurobo, Dekenat Malaka, Keuskupan Atambua yang mengambil bagian dalam pentas drama jalan salib hidup mengumandangkan kesaksian iman mereka usai melaksanakan jalan salib.
Para pelakon jalan salib hidup atau yang lazim dikenal dengan sebutan tablo itu merupakan anggota yang berasal dari organisasi THS-THM Ranting Nurobo, Perguruan Setia Hati Teratai (PSHT) dan OMK se-stasi Eokpuran.
Tujuan dari kegiatan iman tersebut adalah untuk kembali mengenang peristiwa dukacita yang dialami oleh Yesus Kristus pada 2023 tahun yang silam sekaligus untuk mengambil bagian dalam kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus melalui drama jalan salib hidup yang dipertontonkan.
Pantauan media di lokasi, Jumat (07/04/23) prosesi jalan salib hidup tersebut dimulai dari pelataran Gereja/Stasi Eokpuran yang merupakan bagian dari wilayah Paroki Santa Maria Fatima Nurobo.
Dari pelataran gereja/Stasi Eokpuran, para pelakon drama memulai adegan mereka. Dasar biblis jalan salib hidup di Stasi Eokpuran tersebut diambil dari kitab suci (Alkitab) dan berbagai sumber lainnya yang menceritakan kisah sengsara Yesus Kristus puluhan ribu tahun yang silam, dimana Yesus sendiri yang merupakan "Anak Allah" dihadapkan kepada Pilatus dan Imam-imam agung. Hal itu bukan semata-mata terjadi karena permintaan dunia, melainkan demi melanjutkan misi keselamatan yang bersumber dari Bapa, yang telah dimeteraikan. Yesuslah pelakon keselamatan itu sendiri.
* Inilah prosesi jalan salib yang dipertontonkan di hadapan umat Allah Stasi Eokpuran.
Di pelataran gereja, Jefrianus yang melakoni sosok Yesus dalam adegan jalan salib tersebut dihadapkan kepada Pilatus dan imam-imam agung. Ia diadili secara tidak manusiawi, banyak hujatan dan caci maki dilontarkan baginya seorang diri. Bahkan, tamparan pun dilayangkan bagi Yesus. Di hadapan orang-orang yahudi, dan para pemuka agama serta iman besar, ia dipermalukan dan olok tanpa henti.
Martabat, jati diri serta kesucian Yesus sebagai anak Allah kini dinodai dan diinjak-injak oleh kaum Yahudi dan para algojo. Namun, tak satu kata pun yang keluar dari mulut Yesus untuk menjawab, Ia rela menerima segala cercaan demi melanjutkan misi keselamatan dari Bapa, yakni: untuk menebus dosa manusia.
Para pemain adegan dan umat Allah yang ikut mengambil bagian dalam jalan salib tersebut secara perlahan-lahan menelusuri rute jalan salib yang telah disediakan, yang berawal dari pelataran gereja. Langkah demi langkah telah mereka pijaki, suasana batin yang awalnya biasa-biasa saja kini berubah menjadi duka yang mendalam.
Tapak kaki mereka membekas di arena jalan salib, deraian air mata pun ikut membasahi bumi Eokpuran. Hal itu diakibatkan oleh rasa ketidak-terimaan mereka tatkala melihat sosok Yesus dianiaya, dihantam, dicambuk, dipukul, ditinju bahkan diludahi oleh para algojo, bahkan jatuh berulang kali dibawah palang penghinaan.
Hanyalah syair doa ikut dikumandangkan, memohon agar Sang Khalik berkenan memberi kekuatan dan ketabahan iman bagi sosok yang berperan sebagai Yesus dalam adegan jalan salib itu. Puluh bahkan ribuan meter dijangkau Yesus dengan hiruk pikuk serta sempoyongan.
Orang-orang meneriakkan kata, "Salibkanlah Dia, Salibkanlah Dia". Tanpa merasa lelah dan putus asa, sosok yang berperan sebagai Yesus itu berupaya agar prosesi jalan salib hidup tidak terhambat dan berhenti sebelum mencapai puncak Golgota.
** Pengakuan Para Pelakon Jalan Salib
Jefrianus Kase, usai bermain adegan dalam jalan salib itu menyampaikan bahwa, awal mula direkrut untuk melakoni sosok Yesus dalam jalan salib hari ini, ia merasa kurang percaya diri karena takut nanti tidak bisa menyelesaikan dialog dengan baik.
"Saya awalnya kwatir untuk menerima beban dalam rangka melakoni sosok Yesus dalam adegan jalan salib hari ini. Saya kwatir karena mengingat keterbatasan SDM. Akan tetapi, saya percaya kuasa Tuhan akan mengubah kekhawatiran saya," ungkapnya.
Ia mengatakan, oleh karena keyakinan dan percaya bahwa Tuhan akan bekerja dalam dirinya terutama saat melakonkan sosok Yesus dalam adegan jalan salib, dan demi menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dan teman-teman organisasi THS-THM, maka ia pun memberanikan diri untuk pasrahkan segalanya kepada kehendak Tuhan.
"Sebagai manusia, tentunya tidak terlepas dari kesempurnaan. Akan tetapi jangan kita jadikan hal itu untuk menghentikan semangat hidup kita untuk terus bekerja di kebun anggurnya Tuhan," tambahnya.
Dijelaskan Jefrianus, saat melakonkan adegannya sebagai Yesus dalam jalan sali hari ini, ia mengalami dan merasakan berapa pedihnya ayunan cambuk yang dilayangkan oleh masing-masing algojo.
"Saat para algojo memukul saya dengan cambuk, yang saya rasa bukan semata-mata cambuk yang mendarat di badan saya," katanya.
Masih dengan kesaksian yang sama, Jefrianus menuturkan, saat mencapai perhentian ke-XI yakni, "Yesus Dipaku Di Kayu Salib", ia merasakan bahwa raganya benar-benar lemas terkulai.
"Saat para algojo dengan bengis membaringkan saya diatas kayu salib, saat itu juga saya mulai merasa lemas. Tulang belakangnya serasa ingin terlepas. Dan ketika sudah berada diatas kayu salib dengan posisi kedua tangan terlentang, saya benar-benar rasakan hal itu. Badan saya gemetar, bilur-bilur yang ada di badan karena dicambuk terasa perih, dan helaan napas pun tersendat-sendat," ucap Jefrianus dengan gemetar.
Masih dalam kesaksiannya, Jefrianus menuturkan hal itu makin terasa ketika berada di perhentian ke-XII. Kesempatan itu benar-benar memaksakan saya untuk mempersembahkan ujud dan rasa perih yang bersumber dari bagian tubuh yang dicambuk algojo. Dan saat itu memang Tuhan benar-benar bekerja, Jefri memberi kesaksian.
Salah satu algojo yang tak ingin disebutkan namanya disaat berbincang santai bersama media ini, mengatakan bahwa sebelum prosesi jalan salib dimulai ia bertekad bahwa watak algojo yang ada pada 2023 tahun yang silam, harus benar-benar dipertontonkan.
"Hari ini, saya harus benar-benar marah, terutama saat bermain adegan di lapangan. Saya harus mencambuk Yesus dengan perlengkapan yang ada," katanya.
Lanjutnya, saat memainkan adegan sebagai algojo, ia kehilangan kendali terutama saat memberikan cambukan bagi Jefrianus yang berperan sebagai Yesus dalam adegan jalan salib ini.
"Saya benar-benar tidak sadar dan tidak tahu atas semua yang telah terjadi. Saat bermain drama di lapangan, saya merasa bahwa ada bisikan di telinganya soal apa yang harus saya lakukan terhadap Yesus," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Perayaan Paskah Stasi Eokpuran, Markus Mau Bani mengucapkan limpah terima kasih bagi seluruh umat Allah yang telah ambil bagian dalam resepsi jalan salib.
"Terima kasih bagi umat Allah Stasi Eokpuran yang telah meluangkan waktu untuk mengambil bagian dalam jalan salib hari ini, secara khusus bagi seluruh anggota THS-THM dan PSHT yang telah mensukseskan kegiatan iman ini. Semoga Tuhan memberkati hari-hari kita kedepannya," ucapnya.
Diketahui, prosesi jalan salib tersebut berlangsung selama ± 2 jam, yang dimulai pada pukul 08:00 s/d 10:20 WIB dengan jarak jangkauan ± 3 KM dari pelataran gereja.
Sebanyak 15 titik dijangkau umat Allah dengan berjalan kaki, para algojo pun dengan beringasnya menghajar Yesus tanpa ampun. Usai resepsi jalan salib, seluruh elemen yang terlibat aktif kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ibadat yang akan berlangsung di Gereja/Stasi Eokpuran pada jam 03 sore.
Turut hadir: Aparat Polri/TNI, Dewan Pengurus Stasi Eokpuran, Panitia Perayaan Paskah, Anggota THS-THM/PSHT dan OMK Se-stasi Eokpuran serta Umat Allah.
(*Nana)
Sumber : Investigasi Lapangan.