Kupang. Spektrum-Ntt.com || Pemerintah Provinsi (Pemrov) Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Pertanian akan melakukan smart farming bagi petani saat masa krisis penghujan.
Demikian disampaikan Plt. Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Joas Bily Oemboe Wanda, SP. M.sc, saat Jumpa Pers di Kantor Gubernur NTT pada Jumat, 27 September 2024.
“Kita akan melakukan konservasi udara melalui Smart farming. Jadi kalau di perkotaan yang biasanya terbatas udara tentu kita menanam tanaman yang adaptif dengan udara seperti kacang-kacangan,” ungkapnya.
Lanjut Cornelis bahwa “tindakan antisipatif yang akan dilakukan adalah bagaimana kita menerima informasi dari BMKG untuk disampaikan kepada petani yang bertanya terkait dengan kondisi yang ada. Kami juga akan memberikan edukasi kepada petani untuk mempersiapkan lahan atau tanah yang akan ditanam,” sambungannya.
Dijelaskan Kepala Dinas Pertanian bahwa ada Langkan untuk mengoptimalkan program tersebut adalah dengan memberikan bantuan kepada
“Kami akan optimalkan dengan menyediakan benih-benih yang berkualitas dan berkualitas menjelang musim hujan, dan sudah dipasarkan di beberapa kabupaten,” jelasnya.
Lanjut Cornelius, bahwa pemerintah mendapat dukungan dari Pemerintah pusat melalui PAT melalui kegiatan pompanisasi untuk PAT, yang namanya adalah irigasi perpompaan dan perpipaan untuk memanfaatkan air yang masih tersedia.
“Kita melakukan itu untuk mendukung indeks pertanaman. Misalnya, yang dulu biasanya tidak bisa ditanam di musim panas, api dengan dukungan dari pusat lahan-lahan itu bisa dipakai untuk menanam padi, jagung dan hortikultura, saat musim panas,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmattulloh Adji mengatakan bahwa musim hujan tahun ini diprediksi akan turun lebih awal hingga sama dengan normalnya, karena terdapat potensi La Nina lemah.
“Terdapat potensi La Nina lemah, sehingga sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur akan mengalami musim hujan lebih awal dan sama dari normalnya,” ujar Rahmattulloh.
Ia menjelaskan bahwa pada pertengahan Maret 2024, Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur BMKG merilis Prediksi Musim Kemarau 2024 bahwa awal musim kemarau 2024 di Nusa Tenggara Timur pada umumnya akan terjadi pada Bulan April 2024. Hasil pemantauan perkembangan musim kemarau 2024, menunjukkan bahwa sebagian besar zona musim /ZOM di wilayah Nusa Tenggara Timur (25 ZOM/89%) telah memasuki musim kemarau pada bulan April - Mei.
Hingga awal September 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global yaitu Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan ENSO berada pada kondisi netral dengan nilai anomali suhu di samudra pasifik bagian tengah dan timur (atau disebut sebagai indeks Nino 3.4) sebesar -0.29. Sementara itu, kondisi anomali suhu muka laut di Samudera Hindia menunjukkan fenomena Dipole Mode Event Indian Ocean Dipole) dalam kondisi netral dengan indeks Dipole Mode sebesar +0.27,” jelasnya.
Kondisi selanjutnya, ENSO fase Netral yang diprediksi akan terjadi menuju La Nina Lemah mulai Oktober 2024. Sementara itu, fenomena IOD yang diprediksi akan tetap netral setidaknya hingga awal tahun 2025.
“Dari total 28 ZOM di Nusa Tenggara Timur, sebanyak 1 ZOM yang diprakirakan akan mengawali Musim hujan bulan Oktober 2024 (3%), meliputi Manggarai Barat bagian Timur, Manggarai bagian Tengah dan Manggarai Timur bagian Tengah. Sedangkan untuk 19 ZOM (68%), Awal Musim Hujan terjadi pada bulan November 2024, sementara 8 ZOM (29%) terjadi pada bulan Desember 2024,” terang Adji.
Menurutnya, jikalau dibandingkan dengan rerata klimatologis (periode Awal Musim Hujan 1991-2020), maka Awal Musim Hujan 2024/2025 di Nusa Tenggara Timur diperkirakan MAJU (lebih cepat dibandingkan normalnya) pada 11 ZOM (39%). "Sementara yang diperkirakan SAMA DENGAN NORMAL-nya pada 12 ZOM (43%) dan mundur (terlambat dibandingkan biasanya) pada 5 ZOM (18%)," urainya.
Adji mengatakan sifat hujan pada musim 2024/2025, jika dibandingkan dengan rerata klimatologis, akumulasi Curah Hujan Musim Hujan (periode 1991-2020), "secara umum kondisi Musim Hujan 2024/2025 diprediksi ATAS NORMAL atau musim hujan lebih basah dari rerata klimatologisnya pada 22 ZOM (79%), kemudian sejumlah 6 ZOM (21%) akan mengalami kondisi hujan NORMAL (musim hujan sama dengan rerata klimatologisnya)," paparnya.
Adji kembali menjelaskan bahwa puncak musim hujan 2024/2025 di wilayah Nusa Tenggara Timur, "diperkirakan umumnya terjadi pada bulan Januari 2025 sebanyak 16 ZOM (57%)," terang Adji.
Oleh karena itu, rekomendasi menghadapi musim hujan 2024/2025, BMKG mengimbau K/L, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan, "terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Di Atas Normal (lebih basah dari biasanya) sebanyak 79%. Wilayah tersebut berpotensi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor,” imbaunya.
Selain itu, Adji menyampaikan harapannya kepada Pemerintah Daerah agar dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang berpotensi terjadi pada musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.
Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi Prediksi Musim Hujan 2024/2025 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana Aksi Dini, dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana hidrometeorologi. Di sisi lain, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit yang rawan terjadi pada periode musim hujan, seperti demam berdarah,” harap Rahmattulloh Adji. *(SN/KT)