SIKKA. SPEKTRUM-NTT.COM || Sekolah Menengah Atas Katolik Swasta (SMKS) St. Thomas Maumere menyelenggarakan kegiatan seminar sehari dengan tema ‘Memelihara Moralitas Adat Dalam Pergaulan Remaja’, Rabu (12/1/2022).
Acara seminar sehari tersebut dibuka oleh Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos.,M.Si, dilanjutkan dengan acara seminar dengan pembicara tunggal Viktor Nekur, SH selaku Pegiat Hukum Adat, dan sebagai Penanggap, Emanuel Hardiyanto, SH.,MH selaku Praktisi Hukum.
Turut hadir dalam acara seminar sehari tersebut yaitu para siswa/i dan para guru, utusan dari sekolah-sekolah, para pengurus OSIS, dan bapak ibu guru pendamping dengan total peserta sekitar 400 orang.
Kepala Sekolah SMKS St. Thomas Maumere, Agustino Lameng, SH mengungkapkan, kegiatan ini dilaksanakn dengan tujuan untuk memelihara moralitas adat dalam pergaulan remaja.
Menurutnya, moralitas adat sudah mulai ditinggalkan oleh generasi saat ini sehingga pihaknya berupaya menggali kembali adat budaya yang diwariskan oleh para leluhur untuk generasi saat ini agar mengetahui bahwa kehidupan ini juga diatur oleh adat dan budaya.
Terhadap tugas sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai adat tersebut, Agustino lameng mengatakan, tugas sekolah adalah menjaga dan melestarikan serta menerapkan nilai-nilai luhur dari adat itu sendiri. Implementasinya, di Sekolah pihaknya akan tetap menerapkan tradisi berpakayan adat dan pada hari-hari tertentu seperti hari selasa juga diwajibkan semua untuk berbahasa daerah termasuk doa pagi.
“Sebelum Covid, kami sudah terapkan hal ini di sekolah. Namun semenjak Covid semuanya jadi terganggu. Kami akan kembali terapkan. Apalagi sekolah ini adalah sekolah pariwisata”, Ungkapnya.
Ia berharap agar dengan nilai-nilai luhur adat yang diwariskan oleh leluhur terus dikembang di tengah masyarakat, agar generasi sekarang memahmi bahwa hidup ini juga diatur oleh adat dan jangan sampai lupa adat.
Terakhir, Ia menyampaikan ucapakan terimakasih kepada Bupati Sikka yang sudah datang dan membuka kegiatan seminar ini. Kehadiran Bupati pada kesempatan tersebut merupakan bentuk kepeduliannya dengan adat dan budaya Sikka.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada para peserta perwakilan dari sekolah baik itu osis maupun guru pendamping, juga kepada para siswa/i yang kurang lebih ada sekitar 400 orang yang hadir pada acara seminar tersebut.
Pegiat Hukum Adat Sikka, Viktor Nekur, SH dalam materinya mengatakan, moral merupakan tata cara atau adat-istiadat yang dalam KBBI diartikan sebagai akhlak, budi pekerti atau susila. Sedangkan adat diartikan sebagai tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integritasnya dengan pola perilaku masyarakat.
Sedangkan moral adat, Viktor melanjutkan bahwa moral adat merupakan perbuatan masyarakat sebagai pelestari adat mengenai hal baik dan buruk yang ada dalam masyarakat, terutama dalam diri masing-masing sebagai generasi Nian Tana.
Dalam adat Nian Tana, Viktor menguraikan, ada syair adat nian tana (noweng naweng) tentang tumbuh kembang anak sejak bayi menuju pra remaja. Saat remaja bahkan sampai dengan saat untuk menikah secara adat, adat memberikan nasihat begitu mulia untuk diri kita dalam tutur kata, sikap dan perbuatan dalam komunikasi sosial antara kita baik dengan orang tua, kakak-adik, teman-teman, maupun para guru dalam konteks kehidupan sosial. Adat selalu mengajarkan kita untuk selalu berpatokan pada hati untuk menjaga nilai-nilai adat supaya tidak melanggar adat.
Dalam tumbuh kembang remaja, Viktor mengatakan, adat telah memberikan kita rambu-rambu untuk selalu menjaga kemurnian tubuh. Penanaman moral adat pada diri kita sebagai manusia berbudaya didahului pada saat kelahiran. Setiap kelahiran anak di Nian Tana selalu berada dalam suasana adat.
Dalam peristiwa ‘Lodong Me’ (memperkenalkan anak) dengan alam luar rumah biasanya dengan syair adat. Sementara untuk kaum remaja yang harus dipahami syair adatnya yaitu ‘Jaga Wa’in plamang liman (jagalah kaki peliharalah tangan), Wa’in lopa Gawi ata Duen (kaki jangan langkah batas orang), Lima Lopa Bata ata Hoat (tangan jangan mengambil milik orang).
Dalam pergaulan remaja, Viktor mengatakan, remaja pria harus benar-benar menjaga kakimu untuk tidak melangkah masuk pada halaman remaja putri dalam kondisi apapun.
Hal ini terkesan kaku dan tidak bersahabat akan tetapi adat memberikan peringatan kepada remaja putri karena dalam Lodong Me sudah terpatri dalam benak orok laki-laki bahwa kalau sampai dengan melanggar norma adat maka orang tua akan mendapatkan cercaan dari masyarakat. Karena itu maka jagalah diri untuk memelihara kehormatan adat orangtua, keluarga, dan suku.
Praktisi Hukum, Emanuel Herdiyanto, SH.,MH, dalam tanggapanya terhadap materi yang disampaikan oleh Viktor Nekur mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh SMK St Thomas merupakan kegiatan yang sangat postif karena sangat jarang ditemukan tema-tema yang berhubungan dengan adat diangkat oleh kalangan akademis atau kelompok intelektual, ditengah krisis pengetahuan adat yang cukup merisaukan masyarakat Sikka karena generasi muda kedepannya diperhadapkan dengan berkembang Gaget, media sosial dan pengaruh arus informasi teknologi yang luar biasa.
Emanuel menyampaikan pujian yang luar biasa terhadap pemateri karena dengan kemampuan adat yang begitu komprehensif dengan penjelasan bahasa adat yang luar biasa, beliau mampu menyuguhkan penjelasan tentang apakah identitas adat orang Sikka sebenarnya dan bagaimana orang sikka lahir dan tumbuh kembang dengan memegang adat istiadat yang sebenarnya tumbuh didalam diri dan melekat sebagai pegangan hidup.
Menurutnya, berdasarkan pada hasil diskusi tersebut Ia menyimpulkan bahwa orang Sikka hidup mendasar dengan 3 identitas diri yaitu Tabe Telang, Topo Tete, dan Pleo plaa. Tiga hal ini menjadi dasar hidup sosial orang Maumere selain hal-hal yang sudah dijelaskan pemateri. Tiga hal ini baik untuk diperkenalkan dan harus terus menerus diperingatkan kepada kaum muda.