COVID 19 MENGKRITALISASIKAN PERAN ORANG TUA SEBAGAI GURU PERTAMA DAN UTAMA DI RUMAH
Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M. Pd
Ka SMPK Frateran Ndao Ende
"Keluarga adalah satu-satunya tempat kita belajar arti kebahagiaan dalam kebersamaan."
Pandemi Covid 19 yang mewabah saat ini, telah melumpuhkan berbagai sektor kehidupan manusia di dunia ini, baik sosial, ekonomi, agama, politik dan pendidikan. Bencana covid 19 yang melanda dunia saat ini, seolah memberi isyarat kepada manusia untuk berbenah diri, untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, dengan komunitas yang barangkali selama ini intensitasnya kurang, jarang bersosialisasi dan berinteraksi, dan terlebih memperbaiki hubungan kita secara pribadi, keluarga, komunitas dengan Tuhan Sang Pemilik Kehidupan, agar kita lebih akrab, lebih intim dan lebih intens, melalui doa pribadi, melalui doa bersama di keluarga dan doa bersama di komuitas-komunitas religius.
Dan pada kesempatan ini, fokus saya pada pengkristalisasian peran orang tua sebagai guru utama dan pertama bagi putra/inya di rumah, di saat putra/i-nya dirumahkan akibat wabah covid 19 yang melanda dunia, termasuk di Indonsia. Oleh karena itu, berbagai langkah bijak yang telah diambil oleh pemerintah pusat, diturunkan dan ditindaklanjuti oleh para gubernur dan bupati serta disikapi oleh dinas pendidikan. Dan dengan landasan itu, maka para gubernur dan bupati serta ditindaklanjuti oleh dinas pendidikan, mengeluarkan instruksi, himbauan serta surat edaran, kepada satuan pendidikan untuk merumahkan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, untuk jangka waktu tertentu, selama wabah covid 19 belum berlalu. Maka, sejak 23 Maret 2020, hampir semua satuan pendidikan khususnya di kabupaten Ende, mulai merumahkan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. MERUMAHKAN tidak sama dengan LIBUR, melainkan BELAJAR DI RUMAH (Study At Home), MENGAJAR DARI RUMAH (Teach From Home) dan BEKERJA DARI RUMAH (Work From Home). Maka, sejak 23 Maret 2020, hinngga saya menuliskan ini, untuk civitas SMPK Frateran Ndao Ende, kegiatan belajar peserta didik tetap di lakukan di rumah, melalui PT (Penugasan Terstruktur), melalui KMTT (Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur), melalui Video Mengajar Dari Rumah (VTFH), melalui google Classroom, melalui portal rumah belajar, dll yang di share-kan oleh ibu bapk guru melalui Wa group kelas, melalui Wa group asrama, melalui Wa group komite/BP2 sekolah, atau melalui Wa japri. Demikian juga dengan para pendidik, khususnya para pendidik pada satuan pendidikan civitas SMPK Frateran Ndao Ende, melakukan pembelajaran atau Mengajar Dari Rumah (TFH), melalui video pembelajaran yang dibuat sendiri, melanjutkan materi pembelajaran yang terputus, akibat merumahkan peserta didik, lantaran covid 19. Begitu juga dengan tenaga kependidikan, mereka melakukan tugas administrasi dengan Berkerja Dari Rumah (WFH). Dan pada saatnya nanti, baik peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan akan membuat laporan pelaksanaan KBM selama di rumahkan, pada format laporan KBM, yang sudah di siapkan oleh Yayasan dan juga oleh Sekolah. Karena bagaimanpun, kepala satuan pendidikan selalu memantau kegiatan selama peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan di rumahkan, akibat wabah covid 19, melalui format laporan KBM selama di rumahkan.
Maka dalam arti inilah peran orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi si anak menjadi semakin menyata selama peserta didik di rumahkan. Mengapa tidak, COVID 19 turut memberikan makna akan peran orang tua sebagai guru pertama dan utama di rumah, yang barangkali selama ini terasa “kabur atau samar-samar” perannya. Maka, saat ini peran sentral sebagai guru pertama dan utama, bagi si anak dimurnikan lagi, melalui PROSES PENDAMPINGAN intens, selama putra/i nya BELAJAR di rumah untuk beberapa waktu. Jadi, melalui peristiwa COVID 19 ini, kita disadarkan bahwa pendidikan bagi si anak, tidak hanya melalui PENDIDIKAN FORMAL di sekolah, tetapi juga melalui PENDIDIKAN INFORMAL di rumah dan PENDIDIKAN NON FORMAL di masyarakat. Namun diantara ketiganya PENDIDIKAN KELUARGA adalah ‘SEKOLAH' pertama dan utama untuk anak BELAJAR. Dalam keluarga orang tualah yang bertanggungjawab di dalamnya. PENDIDIKAN KELUARGA dapat memberikan pengaruh besar terhadap KARAKTER anak. Oleh sebab itu, KUNCI UTAMA untuk menjadikan pribadi ANAK BERKARAKTER BAIK, terletak pada PENDIDIKAN DI KELUARGA. Ibaratnya keluarga adalah tanah subur yang memungkinkan benih KARAKTER BAIK itu tumbuh. Dan para orang tua adalah ibarat para PENGGARAP, sedangkan anak-anak adalah ibarat ANGGUR. Anggur akan tumbuh subur dan berbuah banyak nan manis, apabila tanahnya di gembur, anggurnya di sirami, dan dipupuk, dengan PERHATIAN, dengan CINTA dan dengan KASIH SAYANG dan juga dengan KETELADANAN dan PEMBIASAAN HIDUP yang BAIK, dan BENAR, bahwa antara KATA dan PERBUATAN haruss sejalan. Dengan demikian, KARAKTER YANG BAIK akan tumbuh, apabila para orang tua MEMILIKI WAKTU yang UTAMA untuk MENDIDIK mereka, dan BUKAN memberi WAKTU sisa. Oleh karena itu, COVID 9 memberi pesan positif nan menarik, bagi kita, khususnya bagi para orang tua, untuk memberikan waktu yang PENUH (FULL TIME) untuk anak-anak, dan bukan PART TIME untuk kita bahagia bersama sama di keluarga, di komunitas. Memang pemerintah membuat kebijakan untuk SOCIAL DISTANCE, tetapi kita bisa lebih dekat bersama keluarga (CLOSER WITH FAMILY) dan lebih dekat kepada Tuhan (CLOSE TO GOD)
Demikianlah Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga tempat pertama dan utama belajar (sekolah), bagi anak-anak (peserta didik), dengan kedua orang tua sebagau SOKO GURU, dalam menumbuhkan NILAI KARAKTER bagi anak di rumah, termasuk KARAKTER MENCINTAI BELAJAR. Sebab, jauh sebelum anak mengenal pendidikan formal, dia terlebih dahulu mendapatkan pendidikan dalam keluarga. Dan harus diakui bahwa melalui pendidikan keluarga seorang anak belajar banyak hal, berinteraksi dengan orang sekitar, menyatakan keinginan dan pendapat, berbicara, berperilaku, dan bersikap. Bahkan melalui keluarga lah seseorang belajar tentang keyakinan maupun prinsip-prinsip dalam hidup. Pendek kata, keluarga peletak dasar pendidikan bagi seseorang. Demikian juga dengan PENDIDIKAN NON FORMAL dimasyarakat, anak bisa belajar banyak hal, tidak hanya melalui lembaga-lembaga kursus atau sejenisnya, tetapi belajar dari hidup nyata yang terjadi dimasyrakat. Bahkan nilai-nilai yang ditanamkan dan yang ditumbuhkembangkan di keluarga, justru di uji kedalaman dan kekuatannya di lingkungan hidup masyarakat, ketika ada pengaruh dari luar, entah itu dari manusia ataupun media social (medsos). Atau dengan lain PENDIDIKAN NON FORMAL adalah ujian hidup manusia yang sesungguhnya. Dan PENDIDIKAN FORMAL, sesungguh hanya melengkapi, memoles, menyempurnakan PENDIDIKAN INFORMAL, DAN PENDIDIKAN NON FORMAL. Kolaborasi dan sinergitas ketiga lembaga inilah, yang dinamakan dengan TRI PUSAT PENDIDIKAN. Ketiga linstitusi ini juga, sesungguhnya merupakan basis implementasi PENDIDIKAN KARAKTER, yakni berbasis keluarga, berbasis masyarakat dan berbasi sekolah. Adalah tugas kita bersama untuk menjadikan anak-anak (peserta didik) menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter. Dan menurut hemat saya, kunci keberhasilan PENDIDIKAN KARAKTER, termasuk KARAKTER MENCINTAI BELAJAR dimulai dari rumah atau keluarga. Karena itu, para orang tua bukan hanya menjadi peletak dasar pendidikan, keluarga justru tempat terbanyak dan terlama menghabiskan waktu seseorang untuk BELAJAR. Dalam keluargalah seseorang menerima paling banyak pendidikan. Dikeluarga ada PROSES TAKE AND GIVE para orang tua untuk MEMBELAJARKAN anak. Apalagi seperti situasi saat ini, dimana anak (peserta didik), DIRUMAHKAN, maka tanggung jawab besar ada pada orang tua untuk MEMBELAJARKAN ANAK. Wabah COVID 19, memberikan “panggung” kepada para orang tua, untuk betul-betul menghayati peranya sebagai guru pertama dan utama, tidak hanya terhadap hidup PROFAN KEILMUAN, tetapi juga hidup KEROHANIAN. Di sini para orang tua tampil sebagai IMAM, NABI dan RAJA, dalam MENDIDIK dan MENGAJAR atau dalam MEMBELAJARKAN buah hatinya. Oleh karena itu, bagi seorang anak kedua orang tuanya bagaikan BUKU HIDUP, yang bisa DIBACA setiap saat. Maka, dari itu sekali lagi KETELADANAN HIDUP dan PEMBIASAAN HIDUP yang baik, harmonis, kompak, dalam MENDIDIK sangat penting, sembari menampilkan antara KATA dan PERBUATAN haruslah sejalan atau sinkron.
Untuk direnungkan:
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1: 7)
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenterman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu (Amsal 29: 17)
Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalu ibunya (Amsal 29: 15)
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya (Kolose 3: 21)
Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu (Amsal 1: 8)
Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan jangalah engkau bosan akan peringatanNya (Amsal 3: 11)
Berpeganglah pada didikan, jangalah melepaskanya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu (Amsal 4: 13)
Ia mati, karena tidak menerima didikan dank arena kebodohannya yang besar ia tersesat (Amsal 5: 23)
Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan (Amsal 6: 23)
Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran memperoleh akal budi. Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hilmat dan kerendahan hati mendahului kehormatan (Amsal 15: 32 - 33)