Belu.Spektrum-ntt.com || Diduga seorang oknum anggota TNI Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 741/GN yang bertugas di Pos Batas Lo'okeu, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT mengintimidasi seorang imam Katholik saat hendak melintasi pos penjagaan, pada, Selasa (22/10/24).
Tindakan yang sangat disayangkan ini dilakukan oknum Satgas Pamtas tersebut dengan cara menahan mobil seorang Imam Keuskupan Atambua hingga mengancam akan melakukan kekerasan (memukul) terhadap sang imam.
Perbuatan tidak menyenangkan tersebut dialami oleh Romo Ino, Pr dan rombongan ketika hendak melintas pos yang dimana tidak ada papan himbauan pemeriksaan.
Begini kronologi kejadian yang disampaikan Romo Ino Nahak kepada tim media, pada Rabu (23/10/24), Pukul 11:49 Wita.
"Saya dan volunteer Komsos, Rian Oetpah tiba di Pos Lo'okeu. Sebelum melewati portal penjagaan, saya sempat membunyikan klakson mobil 1 kali dan mobil yang saya gunakan adalah Inova silver," ungkap sang imam Katholik Keuskupan Atambua itu pasca kejadian.
Setelah tiba di Pos penjagaan, lewat kurang lebih 2 meter saya mendengar suara teriakan seorang anggota pos.
"Stop, stop dan saya langsung berhenti. Saya turunkan kaca mobil dan anggota itu menghampiri saya dan bertanya, "Dari mana?".
Lalu saya menjawab, "Dari Atambua dan mau pulang ke lurasik," tambah Romo.
Selanjutnya, anggota Pos itu melanjutkan pertanyaannya, "Kenapa tidak lapor?" dan saya menjawab, "Saya tidak tahu kalau harus melapor karena ini jalan umum dan tidak ada tanda pengenal untuk tamu itu wajib lapor," sang imam berusaha untuk menjelaskan.
"Saya juga melanjutkan jika harus melapor, harusnya anggota itu siap siaga untuk memberikan arahan supaya setiap kendaraan yang lewat harus diperiksa," beber sang imam.
Sambung sang Imam, anggota itu tidak terima baik pernyataan saya ini, dan seolah saya tidak menghargai mereka yang lagi menjaga di pos penjagaan. Saya selalu katakan kurang lebih 4 kali kalau saya ini imam, pastor dan saya lagi menjalankan tugas peliputan.
Tapi seolah-olah kata-kata saya ini tidak digubris malah dua anggota datang lagi menghampiri saya dan saya melanjutkan silahkan memeriksa mobil saya dan mereka pun langsung membuka pintu mobil dan memeriksa barang satu persatu.
Dan setelah memeriksa semuanya, salah satu anggota menghampiri saya dengan memakai kaos oblong serta menggeluarkan kata-kata ancaman.
"Nanti saya pukul kamu," kata anggota itu dengan kondisi badannya agak gemetaran setelah lontarkan kata-kata itu.
"Saya langsung menjawab, "Pak jangan pukul saya dan tak lama berselang satu motor melintas dan sempat menegur saya "Romo ada buat apa?", urai Romo.
Seketika mereka kaget dan suasana sedikit berubah.
Imam Keuskupan Atambua ini melanjutkan, sebelum ia dan rombongan berangkat (meninggalkan tempat kejadian) dirinya sempat minta maaf sebanyak dua kali kepada mereka.
"Kalau apa yang saya lakukan tadi salah, saya mohon maaf. Itu karena saya tidak tahu untuk melakukan laporan seperti ini dan saya sempat berpelukan dengan dua anggota sebelum saya pamit melanjutkan perjalanan ke Lurasik," terangnya.
Terpisah, Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 741, saat dihubungi tim media Via WhatsApp, dirinya menyampaikan jika persoalan tersebut sudah dimediasi di Keuskupan Atambua.
"Selamat Pagi, Saat ini sdh dimediasi di Keuskupan," singkat pesannya.
Untuk diketahui, Imam Katholik Keuskupan Atambua ini bersama rombongan melintasi Pos Batas Lo'okeu seusai melaksanakan tugas Pastoral yakni melakukan peliputan materi triduum para calon imam (Diakon) di Wilayah Paroki Fatubenao dan Stasi Maudemu yang bernaung pada Paroki Weluli.
Imam Keuskupan Atambua ini bersama rombongan melintasi Pos Batas Lo'okeu dengan tujuan untuk kembali ke wilayah tugasnya yakni di Paroki Lurasik. (*Tim)