SIKKA. spektrum-ntt.com || Kemarau panjang yang melanda sejumlah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan warga mengalami krisis air bersih. Hal ini yang dialami warga Dusun Daranatar, RT 01 RW 01, Desa Hoder, kec. Waigete, kabupaten sikka , Flores, NTT
Akibat krisis air ini, puluhan warga kampung Wairita, Desa Hoder terpaksa membeli air tengki dengan kisaran harga Rp 100.000 ribu - Rp 120.000 per tengki, padahal air sumur bor yang dikelola oleh Pemerintah Desa Hoder yang selama ini tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dan hanya dimanfaatkan hanya segelintir orang saja . Padahal setiap bulan warga membayar uang yiuran sebesar Rp 30.000 per KK bahkan ada warga yang membayar yiuran sampai sebesar Rp 80.000. Tetapi tidak mendapatkan air sama sekali.
Salah seorang warga kampung Wairita, RT 01 RW 01, Ibu Sisilia Data Kopon, ketika di temui media Sabtu (27/062020) mengatakan akibat sumber air sumur bor yang ada di kampung wairita itu yang seharusnya bisa melayani semua warga terkusus di Dusun Daranatar tetapi manajemen pengurus sumur air bor yang bikin kami di batasi, akibatnya kami harus membeli air tengki kisaran Rp 120.000 per tengki.
"Padahal setiap bulan kami harus membayar air tengki, tetapi tidak pernah nikmati sama sekali air itu. Dan hanya segelintir orang saja yang dapat air padahal air itu di buka setiap hari" jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan pernah angkat soal masalah air dalam musyawarah desa yang terjadi di kantor Desa Hoder, tetapi Pemdes Hoder tidak pernah respon dan bahkan kami sampai aksi di halaman kantor Desa Ujar Sisilia
Hal senada diungkapkan oleh tokoh masyarakat Desa Hoder, Gregorius Goris, mengatakan bahwa setiap bulan masyarakat membayar kisaran Rp. 80.000 pada pengurus air tapi masyarakat tidak pernah mendapatkan air. "iuran setiap bulan kami masyarakat membayar bahkan saya sendiri bayar sampai lebih kisaran Rp 80.000 per bulan di pengurus air tersebut tapi nyatanya saya tidak pernah dapat air. Saya harus membeli air tengki" kesalnya.
Lebih lanjut ia mengakui bahwa pemasangan pipa kerumahnya saja menggunakan uang pribadi, Padahal ada desa.
"pipanisasi dari sumur bor kerumah saya, saya pake uang pribadi untuk adakan pipa, padahal ada dana desa" jelasnya
"pertemuan soal air pun, kami tidak pernah di undang, undang hanya orang tertentu dan tempatnya di rumah kepala Desa Hoder"pungkas Gregorius
Sementara Tokoh muda Desa Hoder, David Niam mengatakan menanggapi pernyataan kepalah desa Hoder terkait air bersih P2AT dusun Daranatar yang sudah dinikmati seluruh masyarakat dari 4 RT di dusun tersebut melalui media spektrum-ntt.com beberapa hari yang lalu mengungkapkan bahwa , pernyataan dari kepala desa Hoder tersebut sama sekali tidak sesuai dengan realitas yang ada dilapangan, dan terbukti bnyak warga yg belum menikmati air bersih P2AT yang sementara dikelolah oleh Pemdes Hoder tersebut. lebih lanjut dikatakan bahwa belum ada manajemen kepengurusan tetap dalam pengelolaan air bersih P2AT tersebut sehingga sampai sekarang masyarakat belum mengetahui apakah sudah dilakukan laporan pertanggung jawaban keuangan dari pengelolaan air bersih P2AT melalui iuran yang di bayar oleh warga tiap bulan.
Dirinya mengharapkan agar pihak Pemda Sikka terutama bapak bupati Sikka agar menindaklanjuti problem terkait air bersih P2AT yang berada didusun Daranatar Desa Hoder" tutup David(**
penulis Hilarius
editor EppyM Photo Istimewa