Kota Kupang. Spektrum-Ntt.com || Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Jumpa pers dan Media Gathering Bersama Penjabat Gubernur NTT dengan media Masa di Tahun 2024.
Diketahui acara tersebut bertempat di Aula Dinas Komunikasi Provinsi NTT, dalam kegiatan itu, Sekretaris Daerah (Sekda) NTat, Kosmas Damianus Lana, bertindak sebagai moderator.
Dalam kesempatan tersebut Penjabat Gubernur Provinsi NTT, Ayodhya Kalake mengatakan, persentase penduduk miskin di NTT pada Maret 2023 mencapai 19.96 persen.
"Kabupaten dengan tingkat kemiskinan tinggi, Sumba Tengah, Sumba Timur dan Sabu Raijua. Tingkat kemiskinan terendah Kota Kupang, Flores Timur dan Ngada," ujar Pj. Gubernur.
Selanjutnya, Ayodhya menyebut jika untuk keseluruhan jumlah penduduk miskin di NTT mencapai 1,14 juta orang di tahun 2023.
"Tingkat kemiskinan ekstrem 3.34 persen, kita perlu strategi khusus mengatasi kemiskinan ekstrem. Tidak bisa satu sektor berdiri sendiri. Angka kemiskinan berkaitan erat dengan stunting," jelasnya.
Untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem di tahun 2024, pemerintah pusat, Pemprov dan pemkab harus bekerja bersama.
Menurut Ayodhya, pemerintah berusaha memberikan perhatian dengan berbagai jenis program bantuan yang langsung menyentuh masyarakat.
"Selain itu ada pengembangan garam masyarakat ada anggaran di empat kelompok nelayan garam sebanyak 8 miliar setiap kelompok," katanya.
Kemudian, ada juga program pelatihan bagi UMKM di seluruh NTT yang dilakukan oleh dinas terkait.
Pemerintah juga terus meningkatkan kompetensi para pencari kerja. Jika pada akhirnya mereka menjadi pekerja migran maka sudah memiliki kompetensi.
Sementara soal angka stunting, Ayodhia menyebut pada tahun 2023 sebanyak 15,2 persen di Provinsi NTT.
"Kita melihat tren penurunan yang sangat signifikan. Memang masih tinggi kita terus berupaya menurunkan angkat stunting," jelasnya.
"Dengan adanya bantuan langsung kambing dan ayam serta bibit ikan kita berharap agar dia bisa berkembang biak dan bisa membantu masyarakat berisiko," ujarnya. (SN/Kans)